Serba-Serbi Keadaan Gereja

Serba-Serbi Keadaan Gereja



GKJW
Ibadat adalah berhimpunnya bani untuk menghadap dan mewujudkan persekutuannya bersama Tuhan. Tujuan ibadat merupakan menumbuh-kembangkan persekutuan orang percaya sehingga rencana karya TUHAN ALLAH lebih-lebih lagi berlaku dan nyata di dunia, andaikata kemuliaan nama Allah Bapa, Yesus Kristus bersama Roh Kudus.

Ibadat yang dilaksanakan oleh masing-masing bani di rumah masing-masing. Perlu ini Majelis supaya menyediakan tuntunannya.
Ibadat nang dilaksanakan oleh beberapa bangsa secara bergilir dan bersifat “patuwen”
Ibadat nang dilaksanakan oleh beberapa bangsa di suatu tempat yang tetap.
Pada sejarah perkembangannya Ekaristi keluarga di GKJW adalah ibadat yang berakar dan tumbuh dari “gerakan warga” nan tidak hanya berlatar akhir iman-kepercayaan yang sama tetapi juga adanya ikatan persaudaraan dan budaya Jawa nan kental di kalangan anak Jemaat. Bentuk awalnya aliansi ibadat ini sangat awam dimana secara bergiliran (ideran) dalam setiap minggu (kamis) keluarga-keluarga kristen mengunjungi (tetuwi) akan salah satu keluarga di Jemaat. Mereka samasama bertemu dan berbagi dongeng (kabar kinabaran) tentang segala sesuatu sebagai ungkapan anggap kebersamaan, kepedulian dan solidaritas. Lambat laun bentuk persekutuan ini akhirnya menjadi bersifat formal Ibadat dan pengajaran, -bahkan bergeser menjadi ibadat Minggu mini.

Dalam Balai Majelis Agung ke- 114 GKJW musim 2017 diputuskan tentang Agama Busana Jabatan dengan Busana Liturgi di GKJW nang baru. Perubahan tersebut bakal mulai diberlakukan 1 Januari 2018. Definisi Gambar Stola. Stola Biarawati bergambarkan huruf Yunani “XP” (diambil berawal huruf Yunani: “Khi” bersama “Ro”) adalah inisial dari nama Xristos (Kristus). Ini berfaedah bahwa Kristus menjadi akar kebaktian, dan segala bahan yang terjadi dalam misa harus mencerminkan kehendak Kristus.
Stola Dosen Injil bergambarkan Alkitab nan terbuka. Alkitab yang bengkah melambangkan tugas gereja demi memberitakan Kabar Baik terhadap semua orang. Tugas Guru besar Injil adalah memberitakan Berita Baik dari Allah andaikata berlakunya Kerajaan Allah di dunia.
Stola Penatua bergambarkan perahu. Perahu merupakan lambang perjalanan dom Tuhan di dunia. Selagi berada di laut, feri tidak pernah lepas bermula tantangan. Lambang ini mengingatkan bahwa gereja tidak pernah ayun dari tantangan. Gereja harus tetap berusaha mempertahankan depan dan tujuannya meskipun menghadapi berbagai tantangan.
Stola Diaken bergambarkan ikan. Iwak dalam bahasa Yunani “IXTHUS” dianggap laksana singkatan dari kalimat “Iesous Xristos Theou Uios Soter” nang artinya “Yesus Kristus Ananda Allah, Juruselamat”. Ini artinya hingga setiap pelayanan diakonis katedral harus mencerminkan kasih bersama kesetiaan Kristus yang lila mengorbankan hidupNya di batang salib demi keselamatan manusia.
Makna Corak Stola
Dalam menentukan warna stola, GKJW mengacu mulai kanon warna yang ditetapkan dengan Gereja Barat pada perian 1570, yakni putih, merah, hijau dan ungu, yang kemudian dipakai oleh gereja-gereja di bidang secara umum.

Menyusun Desain Ibadat keluarga harian lain jauh berbeda dengan beberes Tata ibadat pada umumnya yang berdasarkan prinsip-prinsip biasa Tata gereja khususnya mencekam ant blong GKJW. [6] Tetapi aktivitas sederhana ini tidak melulu dimaksudkan semata menambah model-model Buatan ibadat Keluarga semata, makin luas dari pada itu bagaimana menjemaatkan tradisi Ibadat Famili Harian yang sebenarnya berakhir ada di lingkup GKJW (meski itu dulu). Bahwa jika itu mungkin diwujudkan bukan semata karena GKJW mengadopsi budaya ibadat harian gereja asing bahkan tradisi sembahyang famili lain, tetapi sungguh dilatar belakangi cerita dinamika persekutuan di GKJW nafsi serta perubahan cara lihat terhadap konteks yang dihadapi.
Dengan begitu perlu kita juga mengupas cekak tradisi doa harian anak dan ibadat keluarga nang sudah ada dan dongeng perkembangannya, makna teologisnya, bentuk dan isi dan unsur-unsur analitis ibadat harian. Diharapkan deskripsi ini dapat memperkaya aku di dalam memahami dengan menyusun Tata ibadat anak harian di GKJW.

Di Angkasa Pelayanan
Gereja sebagai persekutuan bani percaya senantiasa membutuhkan kepaduan dan ketertiban dalam aplikasi pelayanan. Untuk itu diperlukan anak jemaat yang tergerak bagi terlibat dalam pelayanan mudah-mudahan gereja dapat secara majelis melaksanakan kegiatannya. Disinilah famili jemaat dipanggil untuk mewujud nyatakan fungsi sertanya. Misalnya ada kesediaan diri untuk dipilih menjadi Penatua, Diaken, Benduan di Komisi Pembinaan atau di Kepanitiaan suatu kegiatan. Andaikan tidak ada warga himpunan yang tergerak untuk mengikuti dalam penataan pelayanan, ahli dipastikan gereja atau jamaah akan mengalami kelesuan. Tentulah bukan ada seorangpun menghendaki faktor itu terjadi. Satu aspek yang patut diperhatikan dalam hal ini adalah alkisah setiap orang yang tergerak perlu terlibat dalam penataan pelayanan haruslah mengutamakan kehendak Tuhan. Artinya, keterkaitan itu bukan karena hajat menonjolkan diri atau agar dihormati oleh orang lain, hanya agar kehendak dan corak Tuhan sendiri yang berlaku.
Sekalipun basilika membutuhkan penataan organisasi, tetapi pada hakekatnya organisasi itu enggak memiliki jiwa hirarkhis (adanya click here atasan dengan bawahan), artinya seorang biang bukanlah penguasa, sedangkan anak bukanlah yang harus kerap tunduk. Organisasi itu berlandaskan bantal pembagian kerja sesuai dan talenta masing-masing. Seseorang pada seseorang lainnya adalah sejajar. Berarti (maksud) bahasa Alkitab seorang biang adalah hamba. “Roh patunggilan bak nyawiji” haruslah benar-benar dijiwai dengan siapapun yang terlibat batin (hati) organisasi kegerejaan.
Dengan adanya pengaturan yang jelas diharapkan anak jemaat pun akan menjalankan perannya bak sesama anggota Tubuh Kristus, apakala dengan menyampaikan ide-ide cegak untuk peningkatan dan peluasan gereja. Ide-ide itu becus disampaikan pada saat Sembahyang Rumah Tangga, “rembug warga”, maupun secara langsung kepada Apik Jemaat atau Badan Ajun Majelis Jemaat.

Sebenarnya ada banyak hal yang boleh kita lakukan agar pron abdi bisa hadir dan konstruktif ditengah masyarakat. Kita ahli melakukan mulai dari nan sederhana sampai dengan yang memerlukan pemikiran-pemikiran khusus. Misalnya, pron abdi mulai dengan memelihara bersama sebaik-baiknya pergaulan kita dan tetangga terdekat, siapapun mereka, bersama apapun agama/kepercayaan mereka. Prinsip-prinsip atau nilai-nilai luhur yang gamak dikenal dengan baik atas masyarakat seperti saling menolong, muslihat rasa, saling menghormati bagi kita junjung dan ana praktekkan sebaik-baiknya. Dan buat mempraktikkan nilai-nilai luhur itu ana tidak perlu menunggu amal orang lain terlebih dahulu. Andaikata dimungkinkan perlu pula mulai dipikirkan untuk menjalin dan mengadakan kerjasama dengan anak bergama lain. Misalnya secara bersama memikirkan peningkatan taraf aktivitas atau ekonomi warga masyarakat.
Dari faktor di atas terbersit satu harapan agar pergaulan pron abdi di tengah masyarakat banget terasa sebagai pergaulan antar sesama saudara, nan terbebas dari saling mencurigai. Kerekatan hubungan dengan warga masyarakat berlebihan penting terus kita tingkatkan, semoga kebersamaan kita di khalayak benar-benar menjadi semakin dewasa. Kesetiakawanan yang dewasa itu ditandai bersama kemampuan pada masing-masing golongan untuk menyelesaikan masalah andaikata menghadapi gejolak. Misalnya ada oknum orang Kristen nang menghina keyakinan orang asing atau sebaliknya, maka kejadian itu bisa diatasi secara memadai (tidak perlu menunggu seseorang berawal luar untuk mengatasi masalah). Famili jemaat dipanggil untuk membangun kekompakan yang sungguh-sungguh dengan bani masyarakat sekitarnya. Hal ini cuma mungkin terjadi apabila afiliasi kita dengan orang ganjil amat erat. (Kita bersyukur bersama ada banyak warga himpunan yang amat besar perannya ditengah masyarakat: bagai tokoh, ketua RT, direktur RW, aktivis masyarakat, dlsb.).

Menuju Misa Keluarga Harian GKJW.Ibadat Anak kristiani di rumah hierarki amatlah penting. Sebab rumah atau kehidupan rumah skala itu juga dapat dianggap bagai pusat ibadat. Ibadat anak harian memperoleh dasar teologis nan kuat baik dalam istiadat ibadat harian keluarga-keluarga Yahudi, atau dalam kehidupan kekristenan mula-mula (gereja perdana). Dalam kebaktian keluarga setiap orang bahari mempunyai tugas untuk memberikan alegori dan teladan kepada anak-anak mereka di rumah.
Dalam jalan menjemaatkan ibadat keluarga harian kita menghadapi berbagai sanggahan dan masalah yang datang satu sesudah yang lain. Tantangan-tantangan itu harus dihadapi agar dicari dan ditemukan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan itu, bukan angkat kaki dari kesulitan yang menghadang. Berikut ini kaum masalah yang mungin dialami :
Pandangan jamaah yang diwariskan dari generasi ke generasi ratusan hari tentang ibadat keluarga harian atau ibadat harian sama dengan tradisi Yahudi dan bangsa Katolik saja dan GKJW memiliki bentuk lain yang lain perlu meniru atau ikut-ikutan.
Sejak di depan tidak ada Tata ekaristi dari GKJW tentang ekaristi Keluarga yang sifatnya harian. Diserahkan cuma pada masing-masing keluarga, awal mereka mempunyai kebiasaan bersama kekhasan sendiri-sendiri. Membuatnya belaka mempersulit dan membebani mereka.
Jemaat hayat dalam dunia yang belacak macam-macam kegiatan, ibadat anak harian hanyalah pemborosan waktu.
Tata ekaristi dan bacaan Alkitab koran kadang-kadang tidak sesuai dan situasi bathin kita dan keluarga.
Masing-masing keluarga tidak diperlengkapi dengan sarana-sarana ibadah yang memadai. Andaikan : kepemilikan Alkitab setiap anggota keluarga, kidung Penghargaan dan buku renungan surat kabar atau buku-buku doa penunjang.
Keluarga tak memilki kebiasaan membaca betapa bacaan rohani dan menyanyi.
Para ajar-ajar atau anggota majelis nan lain saja kadang lain melakukannya. Apa tidak kian nantinya hidup dalam kemunafikan?
Bagaimana Misa keluarga harian ini becus diwujudkan dalam keluarga Kristen kala ini dengan segala kasus dan kesibukan masing-masing ? Faktor ini memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak barangkali dilakukan asalkan ada ikrar yang sungguh-sungguh dari beberapa anggota keluarga. Pemahaman hal arti keluarga dan kognisi Allah adalah pusat bermula hidup keluarga orang percaya menentukan kesungguhan untuk dilaksanakannya kebaktian keluarga harian ini. intinya merupakan bahwa setiap keluarga berhak menuntut berita Baik dari Injil itu laksana milik dan menjadi babak hidupnya.
Demikian pengantar kami dan selamat beribadat bagi Ia yang telah menciptakan angkasa dan segala isinya dan menyelamatkan kita, dan banal berkarya untuk mendamaikan kaum dunia dengan Diri-Nya. Baginyalah izzah selama-lamanya.
jasa SEO - PAUD Terbaik di Ponorogo - SD Terbaik di Ponorogo - Jasa Pijat Refleksi Urat Syaraf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *